Assalamualaikum.
Dalam private newsletter last week, I made a mistake.
Di penghujung newsletter, saya kongsikan quote:
The next day, bila buka FB, someone shared about Abang Tesla. I have no idea, so I pergi ke google, and type di ruangan search: Abang Tesla.
And then I realized about the quote yang I screenshot above, “Ouh patutlah ustaz ni ambil gambar dengan kereta. And patutlah dia end quote dia dengan ‘test la’ ”
Put all those arguments aside, this is not the first time saya terlepas kisah viral.
My pegangan is, “Ada aku kesah?”
Bila apply social media detox, banyak perkara kita terlepas.
Does it matter?
Dulu nampak orang guna perkataan "raihan" dan "syulit". Saya tak tahu apa kisahnya masa tu, dan tak teringin nak ambil tahu.
Dulu juga terdengar orang sebut 7-11, pun saya taknak ambil tahu. Sampai sekarang, I still don’t know what is it about.
Tak semua benda kita perlu ambil tahu.
Dalam Majalah Minimalis 7, saya sudah kongsikan tentang ‘unfollow’:
Tak semua benda kita kena ambil tahu.
Bila kita masukkan ‘junk’ dalam kepala kita, macam mana nak ada space untuk something ‘healthy’?
Sama macam kita makan. People say, we are what we eat.
Makan junk food, dapat junk.
Makan healthy food, dapat healthy.
The same thing untuk apa yang kita consume di social media.
Consume junk, dapat junk.
Consume healthy, dapat healthy.
Some people, nak detox social media. Tapi takut terlepas kisah viral.
If we’re afraid of missing out, that means, we haven’t decide apa yang kita nak capai. Life priority.
How to decide on our life priority?
Life priority begins with, apa yang kita nak capai?
Kita semua ada different ability and capability. We have to contribute things, yang align dengan talent kita (ability), dan kemampuan kita (capability)
So last night, I was watching this video by Brian Tracy:
Masa tengok tu, terfikir, “Dia dah berumur pun, still contribute his knowledge.”
Then I teringat tentang Prof Dr Syed Muhammad Naquib al-Attas, umur 90+ pun masih contribute his knowledge:
How old are we now?
What we are doing?
Scrolling?
Takut terlepas kisah viral ?
We should all do something better than scrolling.
Life filled with contribution.
Some people contribute dengan money, some people contribute dengan knowledge.
Tengok apa kelebihan kita. Setiap kita diciptakan dengan kelebihan yang berbeza.
My mom’s friend, umur 70+, ada limitation on health. But what is she doing?
Dia akan sentiasa cari tempat untuk wakaf, sedekah, dan dia akan be the person in charge dalam Whatsapp group alumni sekolah untuk collect duit. At least every month, mesti ada 1 projek. Contoh, projek masjid, sekolah tahfiz, telaga air etc.
Ada orang contribute dengan duit, ada orang contribute dengan knowledge. Boleh buat 2-2 lagi bagus.
Once kita dah decide apa our life priority, once kita decide apa kita nak capai, kita tak ada masa untuk dibazirkan dengan scrolling.
Tips lebih mendalam on how to find our life priority, semua ni sudah diceritakan dengan panjang lebar dalam 30-Day Declutter Journey.
One of my students yang sudah go through 30-Day Declutter Journey & buat latihan dalam course tersebut, dah pun berjaya delete social media. Sebab dia dah tahu apa life priority dia:
With that, I hope you learned something beneficial from this newsletter. Feel free to forward it to anyone.
If there’s anything, feel free to reply to this email.
Talk to you next week, inshaAllah.
Whenever you’re ready, there are 3 ways I can help you:
Majalah Minimalis: Join 1,000+ pembaca yang sudah download Majalah Minimalis.
Free Email Course on Declutter: Enam siri free-email untuk bantu anda lihat 4 jenis clutter yang mengganggu anda untuk become a better person.
30-Day Declutter Journey: An online self-paced course untuk bantu anda stop scrolling & focus on your life purpose. Ia bermula dengan declutter the unimportant things, so that we can start seeing apa kelebihan kita, dan how to fully utilize those talents untuk memberi manfaat kepada diri dan orang lain.